Peneliti Kembangkan Lidah Elektronik Peniru Rasa Makanan
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Citra Sandy Anastasia

Gambar Hidrogel dengan rasa dimasukkan ke dalam mulut melalui tabung kecil / Shulin Chen

Jakarta, tvrijakartanews - Lidah elektronik yang dapat meniru rasa seperti kue dan sup ikan dapat membantu menciptakan kembali makanan dalam realitas virtual, tetapi belum dapat mensimulasikan hal-hal lain yang memengaruhi rasa, seperti bau.

Yizhen Jia di Universitas Negeri Ohio dan rekan-rekannya telah mengembangkan suatu sistem, yang disebut e-Taste, yang dapat mengambil sampel makanan dan mengetahui cara menciptakan kembali sebagian rasanya di mulut seseorang.

Hal ini melibatkan penggunaan bahan kimia yang sesuai dengan lima rasa dasar: natrium klorida untuk rasa asin, asam sitrat untuk rasa asam, glukosa untuk rasa manis, magnesium klorida untuk rasa pahit, dan glutamat untuk rasa umami.

“Kelima rasa tersebut sudah mencakup spektrum makanan yang sangat luas yang kita konsumsi sehari-hari,” kata Jia dikutip dari New Scientist.

Sistem ini menggunakan sensor untuk mendeteksi kadar bahan kimia ini dalam makanan, mengubahnya menjadi pembacaan digital, lalu mengirimkan nilai ini ke pompa, yang mendorong sejumlah kecil hidrogel berisi berbagai rasa ke dalam tabung kecil di bawah lidah elektronik.

Pertama, para peneliti menguji sistem untuk rasa tunggal, dengan menanyakan kepada 10 orang seberapa baik perangkat tersebut mereproduksi rasa asam pada skala lima poin, dibandingkan dengan sampel rasa asam yang sebenarnya. Mereka memberikan angka yang sama untuk rasa asam yang direproduksi dan rasa asam yang sebenarnya sebanyak 70 persen dari waktu.

Tim tersebut kemudian menguji apakah sistem tersebut dapat meniru rasa yang lebih kompleks seperti limun, kue, telur goreng, sup ikan, kopi, dan bertanya kepada sekelompok enam orang apakah mereka dapat membedakannya, dan menemukan bahwa mereka dapat membedakannya lebih dari 80 persen.

Akan tetapi, hanya berfokus pada rasa seperti ini tidaklah terlalu berguna, kata Alan Chalmers di University of Warwick, Inggris, karena indra lain juga terlibat dalam cara kita mengecap.

“Lain kali Anda memakan stroberi, tutup hidung dan mata Anda. Stroberi memang sangat asam, tetapi dianggap manis karena aromanya dan warna merahnya. Jadi, jika Anda hanya merasakan rasa asam dengan perangkat mereka, Anda tidak akan pernah tahu bahwa rasa itu sebenarnya berasal dari stroberi. Lidah elektronik seperti ini mampu mengekstraksi jumlah rasa manis dan asam, tetapi tidak merasakan rasa sebagaimana lidah manusia merasakannya,” katanya.